Pagi datang menyambut dengan senyumnya yang
cerah
Secerah senyum kami, orang kecil, pada
harapan yang tak pernah putus
Pada harapan-harapan besar setiap pagi untuk
mendapatkan se sen rupiah
Pada harapan-harapan besar setiap pagi demi
sesuap nasi
Kami, orang kecil melihatmu bersedan mewah
melintasi jalan beraspal
Dengan mobil-mobil mewah tak bernoda yang
menyumbangkan polusi
Polusi yang setiap hari kami rasakan, udara
sesak di kolong jembatan
Hai
Tuan berdasi, apa kalian pernah memikirkan nasib kami, orang kecil?
Untuk tuan berdasi, pejabat negara, bukan! Kacung
negara? Mungkin!
Untuk tuan berdasi, tak pernahkah kalian
berpikir?
karena kami disini kalian ada diatas
Mempermainkan uang rakyat, mengakali jabatan
untuk jadi raja
Ibarat Tuan pedal sepeda kanan, kamilah pedal
sepeda kiri yang berada dibawah
Ibarat Tuan roda yang ada diatas, kamilah
roda yang ada dibawah,
yang sedang merasakan tajamnya kerikil
kehidupan
Tahukah hai Tuan Berdasi?
kami memang tak berpendidikan tinggi sama seperti Tuan
kami memang tak berpendidikan tinggi sama seperti Tuan
Anak kami 3, si SD tak bersepatu kesekolah
Si SMP tak mampu kami belikan seragam baru
hingga putus sekolah
Si SMA, tidak! Dia tak pernah sampai SMA, Dia
membantuku, membantu kami, orang kecil juga
Hai Tuan berdasi, apakah kalian tidak malu
mengatasnamakan rakyat karena jabtan yang diamanahkan pada kalian
Tapi nyatanya? Apa kontraprestasinya pada
kami, yang telah mempercayakan Tuan duduk manis di kursi-kursi mahal dan ruang
ber-AC?
Bahkan toilet kalianpun lebih mewah dari gubuk
kardu kami
Tuan, mungkin jika Tuan sesekali merasakan
jadi roda yang ada dibawah,
Tuan akan merasakan betapa hidup tidak
seperti yang tuan rasakan saat ini, tanpa sedikitpun menoleh pada kami, orang
kecil tak berpendidikan
@TiyasWidyastuti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar